Langsung ke konten utama

Memuja Idola Emang Ada Untungnya?

Nah, karena aku belakangan ini sedang sangat merasa aku terlalu memuja idola, akhirnya aku memutuskan untuk menuliskan sebuah ulasan mengenai ini. Niatku untuk menjadi pengingat untuk diriku sendiri, dan kalau memang baik juga untuk teman-teman yang membaca ini.

Tentunya pernah terpikir dalam diri kita, emang saat kita mengidolakan sosok idola pop itu baik atau enggak sih? Emang itu akan membawa pengaruh positif ya buat kita atau malah jadi ajang untuk menghambat kita bekerja aja? Sebelum membahas kemana-mana, yuk cari tau dulu nih, apa sih artinya pemujaan pada idola itu sendiri.

Jadi, istilah pemujaan itu berkenaan dengan kekaguman dengan intensitas yang tidak biasa dan penghormatan terhadap idola. Bisa diekspresikan dengan perilaku-perilaku kayak ngumpulin informasi, barang-barang, atau usaha untuk ketemu dengan idola kita secara personal. Nah, seringkali pemujaan ini tuh terjadi pada remaja, karena emang di masa ini, idola dijadikan salah satu sarana bagi remaja untuk mengeksplor pandangan dan sikap terhadap hubungan interpersonal yang bersifat romantis (Engle & Kasser, 2005). Namun ternyata ada juga nih orang-orang termasuk diriku yang masuk usia dewasa awal tapi masih melakukan pemujaan terhadap idola tertentu, cuma memang intensitasnya cenderung menurun seiring bertambahnya usia (McCutcheon, Lange, dan Houran, 2002).

Terus nih teman-teman, semakin tinggi tingkat pemujaan seseorang, makin tinggi juga tingkat keterlibatannya dengan idolanya. Brown dkk. (2003), dalam Chia & Poo (2009), mengkonseptualisasikan celebrity involvement itu sebagai (1) hubungan parasosial dengan figur media, yaitu hubungan imajiner dan perasaan intim yang dikembangkan oleh konsumen terhadap figur media, (2) identifikasi dengan figur media, yaitu saat individu melakukan imitasi terhadap selebriti sebagai cara untuk menjaga hubungan yang diharapkan pada selebriti tersebut. Lalu, ada tiga tingkatan dari celebrity involvement ini, yaitu entertainment-social values yang berarti motivasi yang mendasi pencarian secara aktif fans ke idolanya, intense-personal feelings aspek ini merefleksikan perasaan intensif dan kompulsif pada idolnya, mirip sama tendensi obsesif, dan yang terakhir yang paling ekstrim yaitu borderline-pathological tendency yang merupakan tingkatan paling parah dari hubungan parasosial dengan selebriti, diwujudkan dengan sikap kayak, bersedia untuk melakukan hal apapun demi idolnya bahkan walaupun itu melanggar hukum.

Nah sekarang udah kebayang kan gimana pemujaan idola yang kamu lewati selama ini? Udah sampe di stage mana bisalah ya dikira-kira? Terus kalau udah kayak gitu efeknya apa? Nah kebetulan di sini aku gak mau bahas efek negatifnya nih, daripada fokus ke hal-hal negatif, mending kita cari deh positifnya dari ngidol ini, hehehe.

Jadi gini, menurut artikel dari Time yang ditulis oleh Alicia Park pada 2008, dalam penelitian yang dilakukan oleh Shira Gabriel pada 2008, ternyata untuk para fans ada perasaan memuaskan yang unik dalam menjalin hubungan dengan idolanya walau tanpa balasan.


"Perhaps some people who don't feel good about themselves and are not able to get what they want out of a real relationship because of a fear of rejection can feel a connection with a celebrity and get something positive out of that," - Shira Gabriel

Dari penelitian ini, ditemukan setelah para peserta bercerita tentang idolanya, kuisioner yang berisikan mengenai self-esteem ini hasilnya meningkat dari tes pertama kali sebelum adanya intervensi dari manapun.
"Because people form bonds in their mind with their favorite celebrities, they are able to assimilate the celebrity's characteristics in themselves and feel better about themselves when they think about that celebrityAnd that is something these individuals can't do in real relationships because their fear of rejection keeps them from getting close to people."


Jadi kalau dari penelitian yang satu ini, kita bisa bilang ada lagi kok pengaruh positifnya ngidol, self-esteem kita sebagai fans bisa bertambah, hehehe. 

Terus ada lagi nih, dengan ngidol ini kita bisa mendistraksi pikiran-pikiran negatif yang ada di pikiran kita, dengan mencari infor mereka di social media yang kita punya, tentunya bikin rasanya jadi kayak makan eskrim di siang hari yang panas, manis, lembut, menyenangkan hehehe. Kecuali kabar dari mereka gak ngenakin... misal lagi sayang-sayangnya ditinggal disband. Hiks. 

Ada juga, kita bisa dapet inspirasi dari apa yang idola kita lakukan. Misalnya nih, idola kita udah lulus kuliah atau misalnya tetep lanjutin pendidikannya tanpa melupakan kegiatannya sebagai idol yang jelas banyak banget kan, tentunya kita akan terinspirasi untuk cepet lulus buat menafkahi idola dan makin gak lupain pendidikan juga, yah pokoknya like idol like fans deh. 

Kayaknya, segini aja dariku, seenggaknya ini yang kudapat dari hasil berkontemplasi bersama skripsi dan tesis di ruang baca, sekaligus aku kembali merefleksikan ke diriku sendiri. Satu yang perlu kita ingat teman-teman, a little can be good, but a lot can be harmful.  Jangan lupa ingat batasan diri sendiri ya saat memuja idola! 

Salam, 

Sya.
--- 

Referensi: 

Bonus: 

(salah satu yang membuatku bucin)

Komentar