Halo! Sudah lama rasanya aku tidak kembali ke sini. Sebenarnya banyak sekali yang ingin aku tuliskan di sini, tapi sayangnya banyak juga yang hanya berakhir di draft... Memang aku ini ya.
Oke, kali ini seperti judulnya, aku ingin bercerita tentang apa yang kupelajari baru-baru ini. Pada awal Oktober ini, aku berkesempatan untuk berkunjung dan berkeliling di SMA Selamat Pagi Indonesia, awalnya aku gak mengira sekolah ini tuh bakal besar banget atau bahkan akan sangat memberikan motivasi ke diriku, benar-benar kupikir sekolah ini mungkin akan sama aja kayak SMA lainnya.
SMA ini terletak di Batu, luas sekolah ini sendiri seingatku 21 Ha. luas banget kan untuk sebuah bangunan sekolah?
Sayangnya ini bukan bangunan sekolah biasa teman-teman, sekolah ini merangkap juga jadi tempat tinggal, tempat bisnis yang dijalankan oleh siswa-siswa dan alumninya. Di sekolah ini, mereka punya banyak bidang usaha, seperti hotel, transformer corner, restoran, merchandise shop, tour&travel, dan yang baru-baru ini sedang dijalankan tuh production house, dan ini semua yang mengelola ya siswa-siswa yang bersekolah di situ.
Bukan cuma itu yang menarik, dibayangan teman-teman siapa sih siswa-siswanya? Kok bisa menjalankan bisnis sambil belajar seperti anak SMA pada umumnya? Apakah mereka anak super pintar? Apakah mereka anak yang sangat berbakat di bidang bisnis?
Enggak teman-teman. Mereka anak biasa, bahkan cenderung kurang beruntung. Mereka bukan dilahirkan di keluarga kaya yang bisa memenuhi segala kebutuhan mereka, mereka pun gak diasuh dengan kemudahan, banyak dari mereka—bahkan mungkin semuanya sudah merasakan pahitnya hidup, udah merasakan rasanya kehilangan, rasanya jatuh bangun mencari uang, rasanya berjuang.
Dan disitulah, karena masalah itu SMA Selamat Pagi Indonesia ini hadir, dengan melihat potensi yang dimiliki oleh remaja-remaja SMA, sekolah ini gak malah melihat remaja ini menjadi masalah tapi melihat remaja ini menjadi sebuah potensi yang sangat bisa dikembangkan.
Awal mulanya, sekolah ini seperti sekolah biasa katanya di tahun pertama, bahkan oleh masyarakat sekitar sekolah ini dianggap menyebarkan kristenisasi, haduu haha. Lalu setelah angkatan pertama dari sekolah ini mau lulus, mereka berpikir, "Setelah lulus mau kemana?" "Mau tinggal dimana?" dari situlah, akhirnya sekolah ini berubah, yang tadinya cuma mengajarkan pelajaran biasa, jadi mengajarkan life skills ke remaja-remaja ini, awalnya mereka cuma berdagang, terus makin ke sini makin banyak bisnis yang mereka jalankan. Misalnya restorannya, yang masak ya anak-anak ini, yang menghidangkan ya anak-anak ini, yang memikirkan mau dipasarkan dimana, mau konsep restorannya seperti apa ya anak-anak ini juga, tentu dengan bimbingan kakak-kakak dan juga pembina mereka ya.
Aku seneng banget bisa mampir ke sekolah ini, banyak hal yang bisa ku pelajari selama di sana. Di sana, ada satu hal yang sangat teringat di memoriku, yaitu apapun yang kita lakukan tujuannya ya untuk membantu orang. Niatkan untuk membantu orang karena nantinya itu pun akan balik lagi ke dirimu. Karena mereka pun, walau dibilang mereka gak punya apa-apa, tapi mereka melakukan apa-apa untuk orang lain, dan hasilnya semua itu kembali lagi ke mereka.
Dalam satu hari aku di sana—enggak, bahkan cuma setengah hari—aku dapat banyak pelajaran, dari adik-adik di sana, dari bertukar pikiran dengan teman-temanku juga. Lalu itu membuatku bertanya lagi pada diriku, apa sih tujuanku? Apa sih mimpiku? Apa aku masih berada di arah yang tepat menuju apa yang kuinginkan? Apa sebenarnya keinginanku?
.
.
.
—Nesya.
Komentar
Posting Komentar