Langsung ke konten utama

Tulisan di Kala Malam

Halo!

Sebenarnya posting kali ini diketik saat aku lagi uas di sekolah, uasnya cbt jadi sambil buka blog sekalian. Tapi, aku lanjutin posting ini di rumah...

Nah, diposting kali ini, aku akan bercerita. Bukan cerita yang aneh-aneh, ataupun menyeramkan, hanya cerita klise tentang masa remaja saja.

Masa-masa yang pastinya penuh dengan kenangan tak terlupakan dan juga pencarian jati diri di tiap-tiap individu, entah itu pria ataupun wanita.

Dan yang sekarang akan kubahas adalah mengenai itu, jati diri.

Kenapa aku ingin membahas ini? Karena aku sendiri juga sedang mengalami pencarian jati diri, walau aku sudah memiliki bayangan bagaimana aku nantinya dan inginnya seperti apa, tapi semoga saja, ya semoga tulisanku dapat meluruskan kalian-kalian yang belum memiliki jati diri itu, sekaligus juga tulisan ini untuk mengingatkan diriku sendiri.

Februari, di hari terakhir di bulan ini, aku mendapat satu pelajaran berharga lagi. Bukan seperti yang kemarin, ataupun lusa kemarin. Kali ini pelajaran yang hampir sama seperti pelajaran yang tahun lalu pernah aku hadapi juga.

Tapi, aku sendiri merasa kalau aku tidak lulus di pelajaran ini tahun lalu, dan semoga saja aku termasuk kategori lulus untuk tahun ini.

Tidak, jangan bayangkan sebuah pelajaran yang kerjaanmu hanya duduk dan mendengarkan guru berkisah panjang lebar, segera hapuskan jika bayanganmu adalah itu.

Terkadang, aku pun merasa lelah, dan kuyakin juga kamu pun lelah, dan ya, aku dan kamu cukup sampai disini.

Kita semua pasti memiliki titik jenuh dalam segala hubungan, entah itu cinta, pertemanan, permusuhan, bahkan di beberapa kasus mungkin keluarga (disini maksudku adalah saat dimana kamu merasa 'mengapa aku harus lahir di keluarga ini?').

Dan yang melandaku kali ini adalah pertemanan, antara aku dan Dia.

Aku pernah memiliki hubungan spesial denganya, aku pernah menaruh hati--bahkan menceburkannya terlalu dalam--untuk dirinya, dan aku diabaikan begitu saja setelah lama kita bersama. (Fyi, hampir segala puisi di blog ini berisi tentang rasa yang pernah ada itu)

Aku mencoba untuk tetap berteman tanpa rasa, dari mulai pertengahan tahun lalu, aku berhasil, hingga kini. Sampai pertemanan kita--mungkin--tak lagi ada.

Tahun kabisat yang menjadi tandanya, tahun yang tak mungkin terulang dalam jangka 4 tahun kedepan yang menjadi pelatar suasananya, di pelajaranku kali ini.
Dulu, mungkin aku tak kehilangannya, kini pun aku tak merasa kehilangannya, hanya dia menghilang.  Bukan tanpa sepengetahuanku, bukan tanpa ketidaktahuanku, dia pergi dengan persetujuanku. Bahkan aku tak berkata 'ya' atau 'tidak'.

Di awal aku katakan bahwa aku gagal sebelumnya, dan mungkin kali ini berhasil, apa indikasinya?

Yang pertama adalah, rela. Mau tak mau, aku harus rela, untuk apalagi aku meneruskan apa yang sudah tak ingin diteruskan? Dan aku pun harus rela dengan apa yang sudah menjadi keputusannya.

Aku kini sangat menjunjung tinggi kebebasan, jika Ia ingin pergi, silakan, aku tak memaksanya untuk tinggal. Dengan atau tanpanya aku tetap hidup bukan? :)

Yang kedua, be realistic. Ya, aku kini sudah terlalu realistis, aku tahu Ia sudah bukan hakku lagi, aku tahu Ia sudah tak suka lagi denganku, jadi kenapa aku harus menahannya? Tak ada pondasi lagi untuk pertemanan ini.

Yang ketiga, have fun. Jalani dan nikmati sisa-sisa kehidupanmu di bumi, dengan selalu senang dan terlihat senang. Usahakan untuk selalu beri senyuman tiap kali ada orang di dekatmu, walau saat itu kamu merasa sedih ataupun sakit yang tak tertahankan. ;) (tau gak, ini yang masih membuatku bertahan sekarang)

Dan ya, pertemanan ini mungkin sudah tak dapat dilanjutkan, walaupun aku telah hilang rasa padanya, mungkin aku yang salah kenapa sebelumnya memaksakan pertemanan ini?

Dan untuk pembelaan (karena aku orang yg cukup egois; dan pasti kamu, dia, mereka, kalian pun orang yang cukup egois) aku ingin bertanya, apakah tak bisa seorang yang pernah menjalin kasih bersama menjadi teman untuk selanjutnya? Hanya teman untuk bertukar pikiran, dan atau bertukar cerita?

Di akhir aku sengaja mempertanyakan hal itu, karena aku memiliki pandangan serta jawaban yang berbeda tentangnya. Posting kali ini aku bersyukur, aku tidak kelewat batas dalam menyombong(?)kan ataupun membeberkan, berkata kasar, dan juga sindir-menyindir.

Akhir kata, selamat tidur, untuk pertemanan kita, aku, dan kamu.

Salam,

Himawari 🌻

Komentar